Selasa, 12 Februari 2013

Keajaiban Kabah.By Hasnan Habib Kota Depok

Ada yg menarik bagi kiblat umat Islam yaitu Ka'bah. Berdasarkan penelitian para ilmuwan, ditemukan bukti adanya keajaiban yg akurat, yaitu angka unik 1,618. Angka satu koma enam ratus delapan belas ini, bisa cm, m atau km dst. Dimana keajaibannya? Ternyata Ka'bah adalah titik sentral alam semesta. Jadi bukan asal di bangun dan bukan asal berdiri.  Uniknya lagi...jarak dari Ka'bah ke kutub utara dan jarak Ka'bah ke kutub selatan, dimana jarak terpanjang di bagi dengan jarak terpendek hasilnya 1,618. Begitu juga jarak dari Ka'bah ke barat dan jarak Ka'bah ke timur dimana sisi panjang di bagi sisi pendeknya, juga ketemu angka 1,618. Begitu juga jarak diagonal Ka'bah di peta, dari jarak sisi panjang ke sisi jarak pendeknya di bagi dua, akan menghasilkan jarak 1,618. Dan jarak dimana Ka'bah ke timur dan ke barat lebih semetris di bandingkan dengan jarak dari GMT di London yang dijadikan titik sentral untuk menentukan waktu dari 0 derajat ke barat sejauh 180 derajat dan 0 derajat ke timur sejauh 180 derajat yg bertemu di Samudera Pasifik, yg sebenarnya tidak akurat, jadi menurut konsep ini mestinya pembagian waktu yg tepat bukan dari kota London, tapi kota Mekkah.

Lebih ajaib lagi...jarak angka ajaib itu juga ada dalam tubuh manusia, Misalnya jarak panjang tangan kita dari mulai jari sampai sikut dan dari sikut ke bahu, bila jarak itu di bagi sisi panjangnya dengan sisi pendeknya, maka hasilnya 1,618.
Begitu juga muka kita, bila sisi panjangnya di bagi sisi pendeknya, akan ketemu angka 1,618. Coba ukur setiap jari tangan kita, ternyata bila sisi panjangnya dibagi dengan sisi pendeknya hasilnya juga 1,618 dst.

Dan titik sentral Ka'bah akan terasa lebih menakjubkan pada saat kita Tawaf (naik haji) mengelilingi Ka'bah 7X putaran, pada saat seperti itu bila kita melihatnya dari atas, gerak gelombang orang yg sedang tawaf dibulan haji, seperti berputarnya planet-planet mengelilingi matahari ketika sedang berevolusi.

Selasa, 05 Februari 2013

Upaya memwujudkan Ide Mecca Mean Zone (MMZ)



Tanggal 1 Ramadhan 1431 Hijriah (11 Agustus 2010) bakal menjadi tonggak historis dunia. Hari itu, lonceng terbesar di jagat raya ini berdentang di Mekah. Genta berdiameter 40 meter tersebut terpasang di “The Abraj al-Bait Towers” setinggi 601 meter. Tinggi total lonceng sampai bagian berbentuk bulan sabit mencapai 251 meter. Genta Abraj al-Bait berwujud kubus empat sisi selebar 46 meter. Bahannya terdiri atas ubin gabungan berteknologi mutakhir. Instalasi jam dengan empat sisi diracik Premiere Composite Technologies, perusahaan Dubai milik Jerman. Di bagian atas empat sisi lonceng tertera aksara Hijayyah berbunyi “Allahu Akbar”. Sedangkan puncak genta bergambar bulan sabit berbahan emas dengan diameter 23 meter.
Genta Abraj al-Bait menggunakan tempo Arabia Standard Time, tiga jam lebih cepat dibandingkan Greenwich Mean Time (GMT). Di bawah lonceng terdapat balkon luas untuk menikmati pemandangan. Serambi yang menghadap ke arah Masjidil Haram tersebut dilengkapi dua elevator. Selain itu, terdapat observatorium bintang. Kemudian museum Islam bertingkat empat. Secara keseluruhan, menara Abraj al-Bait diisi hotel berikut apartemen dengan 3.000 kamar. Kompleks punya tiga hotel top-class yaitu Fairmont, Raffles serta Swiss Hotel. Sementara apartemen mewah dirancang memiliki pemandangan langsung ke Masjidil Haram.Abraj al-Bait dilengkapi pula musala, mal berlantai lima, pusat konferensi yang serba modern dan ruang parkir yang menampung seribu mobil. Segenap kapasitas kompleks setara 1,5 juta meter persegi. Genta Abraj al-Bait merupakan proyek Kementerian Agama Arab Saudi. Anggarannya mencapai 800 juta dolar AS. Bin Laden Company menjadi pengembang. Sedangkan proyek didesain oleh para insinyur dari Jerman serta Swiss. Mereka membawahi sejumlah ahli dari beberapa negara, khususnya Eropa.
Keanehan GMT

Genta Abraj al-Bait fenomenal bukan karena mengungguli Big Ben di London, Inggris. Lonceng yang menjadi atap Cevahir Mall di Turki dengan diameter 35 meter, juga bukan tandingannya. Kehadiran genta Abraj al-Bait justru merefleksikan hasrat umat Islam demi mewujudkan waktu Mekah alias “Mecca Mean Time”. Selama ini, penduduk planet biru memakai GMT sebagai standar waktu universal.

GMT menjadi acuan dasar dimulainya sebuah hari di dunia. Perhitungan waktu semua negara mengacu pada Greenwich. Kota di sebelah tenggara London tersebut dipropagandakan sebagai titik nol derajat. Penentuan titik itu buat memudahkan ukuran waktu perjalanan sekaligus komunikasi antar-negara.

Sejumlah negara yang dilewati garis meridian (titik temu garis lintang serta garis bujur pada 0 derajat) turut mengklaim diri sebagai titik nol derajat. Amerika Serikat maupun Prancis menegaskan jika wilayahnya merupakan daerah meridian utama.

Pada 1884 di Washington, diselenggarakan muktamar meridian internasional. Konvensi dihadiri 41 delegasi dari 25 negara. Greenwich akhirnya terpilih sebagai zona tunggal meridian utama. Prancis tak rela mengakui GMT. Bangsa Franka tetap menggunakan Paris Mean Time. Prancis akhirnya luluh. Pada 1911, negara tersebut memakai GMT.

Penunjukan Greenwich tidak lepas dari muslihat Charles F Dowd (1825-1904). Ia warga Greenwich yang hijrah ke AS. Alasan Dowd adalah Greenwich punya observatorium tertua di dunia. Kejanggalan GMT yakni awal hari atau pukul 00.00 di tengah malam tak dimulai dari Greenwich. Inggris ogah dikaitkan dengan kegelapan malam. Maklum, the sun never sets in the British Empire (mentari tidak pernah tenggelam di Inggris).

GMT membelah bola bumi menjadi dua. Pertama, meridian 0-180 derajat Greenwich ke arah Barat alias Bujur Barat. Kedua, meridian 0-180 derajat Greenweich ke arah Timur atau Bujur Timur. Bumi lalu dipilah menjadi 24 wilayah waktu. Tiap meridian 15 derajat berbeda waktu satu jam. Kini, GMT menjadi pijakan kepentingan bisnis, navigasi dan sebagainya.

Penetapan awal hari pun teramat membingungkan. Hari dimulai pada pukul 00.00 atau di tengah malam. Kita pasti geli mendengar penyiar televisi menyapa pemirsa dengan ucapan “selamat pagi”. Padahal masih dini hari!

Awal hari dalam kalender Islam dimulai pada Maghrib. Faktor ilmiahnya ialah awal bulan yang menjadi hari pertama menurut sistem Qamariah (Hijriah) ditetapkan lewat kemunculan hilal (bulan sabit alias bulan baru). Bila hilal yang berbentuk bulan sabit telentang (melengkung dengan puncak lingkaran di bawah) sudah tampak, berarti tanda awal bulan telah terjadi. Dengan demikian, awal hari dimulai pada petang, bukan di tengah malam buta!

Pada 2008, digelar konferensi di Doha, Qatar. Ulama bersama cendekiawan Muslim mempresentasikan jika Mekah merupakan garis bujur global sejati. Peneliti Mesir Abdul Basit as-Sayyid menandaskan kalau Mekah cocok sebagai episentrum dunia. Mekah dianggap distrik tanpa energi magnetik. Hatta, orang yang bermukim di kota suci itu lebih sehat. Pasalnya, efek gravitasi minim.

Sekarang, maukah kaum Muslim mendukung lonceng Abraj al-Bait sebagai Mecca Mean Time. Adakah tekad baja di hati mengusung Ka’bah sebagai sistem tata waktu semesta (Ka’bah Universal Time).

Wajib dipahami bila Ka’bah adalah pusat urusan dunia bagi manusia sebagaimana teks al-Maidah 97. Ayat tersebut merekomendasikan jika Ka’bah tiada lain lembaga kesejahteraan bagi manusia, bukan cuma pengikut Nabi Muhamamad. Aspek itu menerangkan kalau Ka’bah pun pedoman bagi golongan non-Muslim.

Proyek “Mecca Mean Time” menjadi contoh aktual. Gagasan menjadikan Mekah sebagai patokan waktu, tentu bakal menuai hujatan serta gugatan. Gerombolan penentang siap menghadang penahbisan Ka’bah sebagai zona waktu utama di dunia. ggunakan tempo Arabia Standard Time, tiga jam lebih cepat dibandingkan Greenwich Mean Time (GMT). Di bawah lonceng terdapat balkon luas untuk menikmati pemandangan. Serambi yang menghadap ke arah Masjidil Haram tersebut dilengkapi dua elevator. Selain itu, terdapat observatorium bintang. Kemudian museum Islam bertingkat empat. Secara keseluruhan, menara Abraj al-Bait diisi hotel berikut apartemen dengan 3.000 kamar. Kompleks punya tiga hotel top-class yaitu Fairmont, Raffles serta Swiss Hotel. Sementara apartemen mewah dirancang memiliki pemandangan langsung ke Masjidil Haram.

Abraj al-Bait dilengkapi pula musala, mal berlantai lima, pusat konferensi yang serba modern dan ruang parkir yang menampung seribu mobil. Segenap kapasitas kompleks setara 1,5 juta meter persegi. Genta Abraj al-Bait merupakan proyek Kementerian Agama Arab Saudi. Anggarannya mencapai 800 juta dolar AS. Bin Laden Company menjadi pengembang. Sedangkan proyek didesain oleh para insinyur dari Jerman serta Swiss. Mereka membawahi sejumlah ahli dari beberapa negara, khususnya Eropa.

Jumat, 01 Februari 2013

Yayasan Meridian Ka'bah : Agenda 2013

Maret 2013- Penghijauan yang memberdayakan, Pengabdian langsung pada Bumi dengan Jabon :
Kerjasama dengan Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan, Tim Kerja Sapril Simabor

April 2013 - Ulas Buku Kabah Universal Time, buku Mencetak anak metode VRESH, buku Legenda Cerita Kota Depok.
Kerjasama dengan LPM UTAMA dan Pemkot Depok , Sapril Simabor dkk
Penanaman Jahe merah dan kumis kucing, kerjasama dengan PLN

Mei - Praktek Lapang Penanaman Padi sistem Tawaf, Penerbitan buku : Menanam Padi Sistem Tawaf
Kerjasama dengan AP3, Saripudin Dkk

Juni - Penerbitan buku Implementasi Kabah Mean Time, Muntasir dkk

Juli - Pelatihan " Sekolah Ibu Hamil " . Penerbitan buku Cara Dahsyat mendapat bayi cerdas metode Kahfi

KA’BAH UNIVERSAL TIME [KUT]; Reinventing the Missing Islamic Time System

Judul Buku: 
“KA’BAH UNIVERSAL TIME [KUT]; Reinventing the Missing Islamic Time System”/WAKTU UNIVERSAL KA’BAH; Menemukan Kembali Sistem Tatawaktu Islam yang Hilang”
Penulis: Dr. Ir. Bambang E. Budhiyono, M.Sc
Penerbit: Pilar Press, Jakarta-Bogor-Bekasi
Cetakan: I – (Bekasi, 2002), (Bogor, 2002), II – (Jakarta, 2010)




Andaikan umat Islam tidak mengalami kemunduran dalam peradabannya, maka Sistem Tata-Waktu dunia Islam tidak seperti sekarang ini. Sebab, Islam memiliki Sistem Tata-Waktu sendiri yang sedikit atau banyak berbeda dengan Sistem Tata-Waktu Internasional (Greenwich Mean Time/GMT) yang sekarang berlaku. Banyak ayat Al Qur’an dan Hadits yang secara implisit memberi penjelasan tentang hal itu, namun banyak pula umat Islam yang tidak mampu menangkap makna sesungguhnya dari ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut.
Buku ini mencoba menjelaskan tentang dasar-dasar pemikiran atau filosofi dasar tentang Sistem Tata-Waktu menurut Islam yang selama tujuh abad belakangan ini terabaikan oleh umat Islam sendiri.
Juga, buku ini mencoba memberikan argumentasi ilmiah tentang keharusan umat Islam menerapkan Sistem Tata-Waktu Islam (Hijriyah) dalam kehidupan sehari-hari mereka karena hampir semua ibadah mahdhah umat Islam berhubungan erat dengan waktu (shalat, puasa, ibadah haji, Idul Fithri, Idul Adha, dsb).
Lebih penting lagi, buku ini juga membahas tentang penemuan-ulang sebuah “harta yang hilang dari ummat Islam” selama ini yaitu Jam Hijriyah atau Jam Fithrah yang merupakan Jam Matahari (Solar Clock Time). Jam ini akan lebih “cocok” digunakan oleh umat Islam dalam penetapan waktu-waktu ibadahnya (shalat wajib, buka puasa, dsb), karena merupakan simulasi posisi matahari sepanjang hari (24 jam). Lebih jelasnya, silakan membaca isi buku ini secara seksama.
Semoga buku ini menjadi ilmu yang bermanfaat yang pahalanya menjadi hak milik sang penulis. Amin.

JAM HIJRIYAH, JAM MATAHARI,By Hasnan Habib Kota Depok


SUDAH PUNYAKAH ANDA?
1. JAM UNIK SEBAGAI SOUVENIR DI RUMAH
2. JAM ISLAMY KARENA SEBAGAI PETUNJUK WAKTU SHALAT (SOLAR TIME)
3. JAM HIJRIYAH KARENA MENJELASKAN SAAT-SAAT PERGANTAN HARI/BULAN MENURUT ISLAM




Telah ditemukan kembali: Jam Islam/Solar Time/Jam Hijriyah dengan merek Ath Thawaf, sebagai produk dasar untuk kembali menuju Sistem Tata-Waktu Islam yang selama ini terabaikan.

Pesanan langsung ke Distributor: YAYASAN MERIDIAN MEKKAH   Jl, Banjaran Pucung RT 05/RW 07 Cilangkap Tapos Depok telp 081294242552

DICARI AGEN/DISTRIBUTOR UNTUK SELURUH INDONESIA. KIRIM SURAT PERMOHONAN INFORMASI KE ALAMAT DI ATAS.

Kabah Universal Time , bukan Greenwich Mean Time

Judul buku: KUT, Ka’bah Universal Time
Penulis: Bambang E Budhiyono
Penerbit: Pilar
Cetakan: II, 2010
Tebal: xii+104 hlm




GAGASAN mengganti sistem Greenwich Mean Time (GMT) yang dipakai sebagai acuan tatawaktu dunia saat ini menjadi system Ka’bah Universal Time (KUT)  mungkin aneh bagi sebagian orang. Tapi bagi penulis buku, Bambang E Budhiyono,  doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyukai astronomi dan komputer ini, gagasan itu punya dalil-dalil ilmiah yang kuat, dan Al-Qur’an serta As-Sunnah untuk diterapkan secara luas di kalangan umat Islam dunia.

Apa saja dalil-dalil itu? Benarkah gagasan ini bukan sekadar transformasi linear pergeseran koordinat meridian 0° dari Kota Greenwich ke arah “kanan” (ke Ka‘bah di Kota Makkah) sejauh 40 satuan derajat (+40° Bujur Timur Greenwich) pada bidang proyeksi Mercator? Lalu betulkah selama ini ummat Islam di seluruh dunia sudah terkecoh dengan sistem yang keliru, sehingga perlu meñata-ulang jadwal waktu ibadah harian ummat Islam di Indonesia dan ummat Islam yang berkedudukan di wilayah di antara Masjid I-Haram (terletak di meridian 40º Bujur Timur/BT Greenwich) dan “Garis Tanggal Internasional” (International Date Line atau meridian 180º Greenwich). Buku ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Bermula dari suatu malam di bulan Jumadi l-Awal 1415 (Oktober 1994), penulis kedatangan dua sahabat, salah satunya bernama Harits Abu Ukasyah, dan membawa oleh-oleh berupa beberapa buah “jam dinding” dengan bingkai terbuat dari kayu pinus limbah petikemas barang-barang impor - yang konon merupakan hasil rekayasa-ulang (re-engineering) mereka - berikut buku petunjuknya (“Jam Hijriyah: Solar Time”) yang ditulis oleh Harits Abu Ukasyah sendiri.

Yang unik pada jam dinding itu adalah semua jarumnya berputar dari kanan ke kiri, kebalikan dari arah perputaran jarum-jarum jam yang lazim kita kenal. Orang lazim menyebut gerak berlawanan arah jarum jam sebagai (counter clockwise). Keunikan lain yang ada pada sistem khronometer tersebut adalah pukul 00:00:00 sebagai “awal hari” bukan dimulai dari “tengah malam,” melainkan dari “petang,” berimpit dengan pukul 18:00:00 pada jam biasa.

Dari pertemuan dan oleh-oleh jam Hijriyah itu kemudian terjadi diskusi. Meskipun menyadari bukan atronomer professional, penulis ketika itu mengaku sangat tertarik untuk mengkajinya. Layangan pikiran penulis ketika itu adalah bagaimana penjelasan kedua sahabat penulis itu dapat dijadikan hujjah (argumentasi) mengapa arah gerak bagi hal-hal yang baik harus dimulai dari kanan ke kiri (halaman 2). Selain itu, mereka pun mencoba membuka-buka berbagai kitab hadits, mencari kalau-kalau ada nash yang dapat pula dijadikan sebagai hujjah.

Arah perputaran jarum “Jam Fithrah” dari kanan ke kiri tersebut juga sesuai dengan Sunnah Rasul, yakni “mendahulukan yang kanan dari yang kiri” dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang baik-baik, baik pekerjaan ibadah ukhrowi maupun pekerjaan duniawi, termasuk ber-Thawaf mengelilingi ka‘bah dalam rangkaian ibadah haji di Masjid l-Haram.

Oleh karena itu, “Jam Fithrah” dapat juga disebut “Jam Thawaf.  Dalam urusan syari’ah, selain dalam ibadah Thawaf -yang arah putarannya dari kanan ke kiri (dilihat dari atas ke bawah atau dari posisi orang yang sedang ber-Thawaf), menolehkan wajah ke kanan terlebih dahulu daripada menoleh ke kiri juga wajib dalam pengucapan dua kalimat salam sebagai akhir ibadah shalat. Rasulullãh saw.

Dari kedua alasan tadi, nampaknya yang selama ini lazim kita sebut sebagai “clockwise” (searah jarum jam) sebenarnya lebih tepat kita sebut “counter naturalwise” (bertentangan dengan arah gerak alamiah); sedangkan yang lazim kita sebut sebagai “counter clock-wise” (kebalikan arah jarum jam) justeru lebih tepat disebut “natural-wise” atau “Fithrahwise” (searah dengan gerak alami atau searah dengan gerak Fithrah).

Menurut penulis, ummat Islam sebenarnya telah memiliki sistem tata - waktu  sendiri, yakni sistem almanak qamariyah-syamsiyah (lunar and solar systems), yang ternyata tidak terlalu banyak dipahami oleh ummat Islam sendiri. Bagi ummat Islam, sistem almanak qamariyahsyamsiyah mengatur antara lain mengenai jumlah hari dalam setahun, mengapa 12 bulan dalam setahun, dan satu minggu (week) yang terdiri atas tujuh hari, yang semuanya bukan karya manusia atau hasil rekayasa, hasil perhitungan matematis-astronomis melainkan juga ketetapan Allãh yang Maha Memiliki Ilmu, yang dapat pula Anda temui di dalam Al-Qur’an.

Dijelaskan, ummat Islam di seluruh dunia mengakui keabsahan dan ketetapan (validity and applicability) sistem almanak syamsiyah yang membagi waktu satu tahun 365 hari, bukan karena penerapan tata waktu syamsiyah murni yang digunakan sebagai dasar bagi sistem almanak Grogorian atau almanak Masehi sejak 4 Oktober 1582, tapi karena hal itu memang ditemui di dalam Al-Qur’an.

Buku ini terdiri dari empat bab. Pada Bab I, penulis menjelaskan sekitar awal munculnya gagasan KUT. Bab II membahas tentang konsepsi KUT, paradigma keterkecohan dan kembali kepada Kitabullah. Bab III mengupas  awal hari bagi umat Islam meliputi sistem almanak Masehi dan sistem almanak Hijriah, mu’jizat Falaqiyah dan Imsyakiyah di balik peristiwa Hijrah. Lalu pada Bab IV dijelaskan soal penampakan hilal terbaik dan penetapan.

Pandangan yang aneh itu, diakui penulis, pada bagian Pengantar, ketika mengisahkan tanggapan seorang cendikiawan muslim dari ITB, yang menyebut konsepsi Ka’bah Universal Time atau Ka’bah Meridian System” yang digagasnya sebagai “sekadar transformasi linear”. Menurut professor itu, hanya sekadar pergeseran linear ‘awal hari’ dari meridian 180° Greenwich ke Meridian Nol Ka’bah atau pergeseran linear Meridian Nol Greenwich ke Meridian Nol Ka’bah.

Namun, tegas penulis, KUT ini bukanlah sekadar “transformasi linear” penggeseran koordinat meridian 0° dari kota Greenwich ke arah “kanan” (ke Ka‘bah di Kota Mekkah) sejauh 40 satuan derajat (+40° Bujur Timur Greenwich) pada bidang proyeksi Mercator. Justru konsepsiini pada hakikatnya adalah “transformasi hati dan pikiran” Ummat Islam dari “ketersesatan” dan “keterkecohan” untuk kembali kepada “fithrah”: Al-Qur’an dan As-Sunnah; agar disempurnakan ni‘matNya atas umat Islam dan agar umat Islam selalu mendapat petunjuk-Nya