Judul buku: KUT, Ka’bah Universal Time
Penulis: Bambang E Budhiyono
Penerbit: Pilar
Cetakan: II, 2010
Tebal: xii+104 hlm
GAGASAN
mengganti sistem Greenwich Mean Time (GMT) yang dipakai sebagai acuan
tatawaktu dunia saat ini menjadi system Ka’bah Universal Time (KUT)
mungkin aneh bagi sebagian orang. Tapi bagi penulis buku, Bambang E
Budhiyono, doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyukai
astronomi dan komputer ini, gagasan itu punya dalil-dalil ilmiah yang
kuat, dan Al-Qur’an serta As-Sunnah untuk diterapkan secara luas di
kalangan umat Islam dunia.
Apa saja dalil-dalil itu? Benarkah
gagasan ini bukan sekadar transformasi linear pergeseran koordinat
meridian 0° dari Kota Greenwich ke arah “kanan” (ke Ka‘bah di Kota
Makkah) sejauh 40 satuan derajat (+40° Bujur Timur Greenwich) pada
bidang proyeksi Mercator? Lalu betulkah selama ini ummat Islam di
seluruh dunia sudah terkecoh dengan sistem yang keliru, sehingga perlu
meñata-ulang jadwal waktu ibadah harian ummat Islam di Indonesia dan
ummat Islam yang berkedudukan di wilayah di antara Masjid I-Haram
(terletak di meridian 40º Bujur Timur/BT Greenwich) dan “Garis Tanggal
Internasional” (International Date Line atau meridian 180º Greenwich).
Buku ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Bermula
dari suatu malam di bulan Jumadi l-Awal 1415 (Oktober 1994), penulis
kedatangan dua sahabat, salah satunya bernama Harits Abu Ukasyah, dan
membawa oleh-oleh berupa beberapa buah “jam dinding” dengan bingkai
terbuat dari kayu pinus limbah petikemas barang-barang impor - yang
konon merupakan hasil rekayasa-ulang (re-engineering) mereka - berikut
buku petunjuknya (“Jam Hijriyah: Solar Time”) yang ditulis oleh Harits
Abu Ukasyah sendiri.
Yang unik pada jam dinding itu adalah semua
jarumnya berputar dari kanan ke kiri, kebalikan dari arah perputaran
jarum-jarum jam yang lazim kita kenal. Orang lazim menyebut gerak
berlawanan arah jarum jam sebagai (counter clockwise). Keunikan lain
yang ada pada sistem khronometer tersebut adalah pukul 00:00:00 sebagai
“awal hari” bukan dimulai dari “tengah malam,” melainkan dari “petang,”
berimpit dengan pukul 18:00:00 pada jam biasa.
Dari pertemuan dan
oleh-oleh jam Hijriyah itu kemudian terjadi diskusi. Meskipun menyadari
bukan atronomer professional, penulis ketika itu mengaku sangat
tertarik untuk mengkajinya. Layangan pikiran penulis ketika itu adalah
bagaimana penjelasan kedua sahabat penulis itu dapat dijadikan hujjah
(argumentasi) mengapa arah gerak bagi hal-hal yang baik harus dimulai
dari kanan ke kiri (halaman 2). Selain itu, mereka pun mencoba
membuka-buka berbagai kitab hadits, mencari kalau-kalau ada nash yang
dapat pula dijadikan sebagai hujjah.
Arah perputaran jarum “Jam
Fithrah” dari kanan ke kiri tersebut juga sesuai dengan Sunnah Rasul,
yakni “mendahulukan yang kanan dari yang kiri” dalam mengerjakan setiap
pekerjaan yang baik-baik, baik pekerjaan ibadah ukhrowi maupun pekerjaan
duniawi, termasuk ber-Thawaf mengelilingi ka‘bah dalam rangkaian ibadah
haji di Masjid l-Haram.
Oleh karena itu, “Jam Fithrah” dapat
juga disebut “Jam Thawaf. Dalam urusan syari’ah, selain dalam ibadah
Thawaf -yang arah putarannya dari kanan ke kiri (dilihat dari atas ke
bawah atau dari posisi orang yang sedang ber-Thawaf), menolehkan wajah
ke kanan terlebih dahulu daripada menoleh ke kiri juga wajib dalam
pengucapan dua kalimat salam sebagai akhir ibadah shalat. Rasulullãh
saw.
Dari kedua alasan tadi, nampaknya yang selama ini lazim kita
sebut sebagai “clockwise” (searah jarum jam) sebenarnya lebih tepat
kita sebut “counter naturalwise” (bertentangan dengan arah gerak
alamiah); sedangkan yang lazim kita sebut sebagai “counter clock-wise”
(kebalikan arah jarum jam) justeru lebih tepat disebut “natural-wise”
atau “Fithrahwise” (searah dengan gerak alami atau searah dengan gerak
Fithrah).
Menurut penulis, ummat Islam sebenarnya telah memiliki
sistem tata - waktu sendiri, yakni sistem almanak qamariyah-syamsiyah
(lunar and solar systems), yang ternyata tidak terlalu banyak dipahami
oleh ummat Islam sendiri. Bagi ummat Islam, sistem almanak
qamariyahsyamsiyah mengatur antara lain mengenai jumlah hari dalam
setahun, mengapa 12 bulan dalam setahun, dan satu minggu (week) yang
terdiri atas tujuh hari, yang semuanya bukan karya manusia atau hasil
rekayasa, hasil perhitungan matematis-astronomis melainkan juga
ketetapan Allãh yang Maha Memiliki Ilmu, yang dapat pula Anda temui di
dalam Al-Qur’an.
Dijelaskan, ummat Islam di seluruh dunia
mengakui keabsahan dan ketetapan (validity and applicability) sistem
almanak syamsiyah yang membagi waktu satu tahun 365 hari, bukan karena
penerapan tata waktu syamsiyah murni yang digunakan sebagai dasar bagi
sistem almanak Grogorian atau almanak Masehi sejak 4 Oktober 1582, tapi
karena hal itu memang ditemui di dalam Al-Qur’an.
Buku ini
terdiri dari empat bab. Pada Bab I, penulis menjelaskan sekitar awal
munculnya gagasan KUT. Bab II membahas tentang konsepsi KUT, paradigma
keterkecohan dan kembali kepada Kitabullah. Bab III mengupas awal hari
bagi umat Islam meliputi sistem almanak Masehi dan sistem almanak
Hijriah, mu’jizat Falaqiyah dan Imsyakiyah di balik peristiwa Hijrah.
Lalu pada Bab IV dijelaskan soal penampakan hilal terbaik dan penetapan.
Pandangan
yang aneh itu, diakui penulis, pada bagian Pengantar, ketika
mengisahkan tanggapan seorang cendikiawan muslim dari ITB, yang menyebut
konsepsi Ka’bah Universal Time atau Ka’bah Meridian System” yang
digagasnya sebagai “sekadar transformasi linear”. Menurut professor itu,
hanya sekadar pergeseran linear ‘awal hari’ dari meridian 180°
Greenwich ke Meridian Nol Ka’bah atau pergeseran linear Meridian Nol
Greenwich ke Meridian Nol Ka’bah.
Namun, tegas penulis, KUT ini
bukanlah sekadar “transformasi linear” penggeseran koordinat meridian 0°
dari kota Greenwich ke arah “kanan” (ke Ka‘bah di Kota Mekkah) sejauh
40 satuan derajat (+40° Bujur Timur Greenwich) pada bidang proyeksi
Mercator. Justru konsepsiini pada hakikatnya adalah “transformasi hati
dan pikiran” Ummat Islam dari “ketersesatan” dan “keterkecohan” untuk
kembali kepada “fithrah”: Al-Qur’an dan As-Sunnah; agar disempurnakan
ni‘matNya atas umat Islam dan agar umat Islam selalu mendapat
petunjuk-Nya